Rabu, 29 Mei 2013

Glory Glory Manchester United

Glory, glory, Man United
Glory, glory, Man United
Glory, glory, Man United
And the reds go marching on, on, on.

Just like the Busby Babes in Days gone by
We'll keep the Red Flags flying high
You've got to see yourself from far and wide
You've got to hear the masses sing with pride

United! Man United!
We're the boys in Red and we're on our way to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly

In Seventy-Seven it was Docherty
Atkinson will make it Eighty-Three
And everyone will know just who we are
They'll be singing 'Que Sera Sera'

United! Man United!
We're the boys in Red and we're on our way to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly

Glory Glory Man United
Glory Glory Man United
Glory Glory Man United
As the Spurs Go Marching On! On! On! (3x)

Minggu, 26 Mei 2013

Manchester United FC






Berdiri1878
AlamatOld Trafford, Manchester England
Telepon0161.86.88.000
Faksimile0161.86.88.804
Surat Elektronikenquiries@manutd.co.uk
Laman Resmihttp://www.manutd.com
KetuaJoel & Avram Glazer
DirekturDavid Gill
StadionOld Trafford


Sejarah Singkat

Pada 1878, para pekerja depot Lancashire and Yorkshire Railway mendirikan klub sepakbola bernama Newton Heath L&YR FC. Klub tersebut nyaris mengalami kebangkrutan pada 1902 sebelum diselamatkan oleh investasi JH Davies, direktur pengelola Manchester Breweries. Dalam rapat direksi setelah pembelian, para pengurus klub merasa perlu mengubah nama klub untuk menandai awal yang baru. Pada 26 April 1902, dipilihlah nama Manchester United berkat usulan seorang pria berdarah Italia, Louis Rocca, di antara pilihan nama lain seperti Manchester Central dan Manchester Celtic.

Sukses pertama di liga dimulai pada 1907/08. Musim sebelumnya, MU memboyong Billy Meredith dan Sandy Turnbull dari rival sekota, Manchester City, akibat melanggar peraturan FA. United sukses unggul sembilan poin di atas tim peringkat kedua, Aston Villa. Setahun setelah sukses meraih mahkota liga, United menggaet trofi Piala FA untuk kali pertama. Dua bekas pemain City itu benar-benar menjadi inspirasi United untuk mendominasi persepakbolaan Inggris.

Di kancah Eropa, sukses United sohor dikenal dengan generasi Busby Babes. Setelah kehilangan banyak pemain berbakat akibat kecelakaan pesawat di Muenchen pada 6 Februari 1958, United bangkit sepuluh tahun kemudian. Upaya Busby membangun ulang United tidak sia-sia. Beberapa pemain muda yang ditemukannya, termasuk George Best, menginspirasikan kemenangan United 4-1 atas Benfica, yang masih diperkuat Eusebio.

Pada era modern, legenda United dilanjutkan pria Skotlandia bernama Sir Alex Ferguson. Sejak kompetisi Inggris memasuki era Liga Primer, Man Utd memborong 11 kali mahkota juara dari 17 kesempatan. Di Eropa, bersama Ferguson United sukses menambah koleksi gelar juara Liga Champions pada 1999 dan 2008.



Catatan Prestasi

3 kali juara Piala Eropa / Liga Champions (1967/68, 1998/99, 2007/08)

1 kali juara Piala Winners (1990/91)

1 kali juara Piala Super Eropa (1990/91)

2 kali juara Piala Interkontinental/Piala Dunia Antar Klub (1999, 2008)

19 kali juara Liga Primer (plus Divisi Satu lama, 1907/08, 1910/11, 1951/52, 1955/56, 1956/57, 1964/65, 1966/67, 1992/93, 1993/94, 1995/96, 1996/97, 1998/99, 1999/2000, 2000/01, 2002/03, 2006/07, 2007/08, 2008/09, 2010/11)

11 kali juara Piala FA (1908/09, 1947/48, 1962/63, 1976/77, 1982/83, 1984/85, 1989/90, 1993/94, 1995/96, 1998/99, 2003/04)

4 kali juara Piala Liga (1991/92, 2005/06, 2008/09, 2009/10)

19 kali juara Community Shield (1908, 1911, 1952, 1956, 1957, 1965, 1967, 1977, 1983, 1990, 1993, 1994, 1996, 1997, 2003, 2007, 2008, 2010, 2011)

2 kali juara Divisi Dua lama (1935/36, 1974/75)

Kamis, 09 Mei 2013

The SIGIT – Detourn: Apologi Tepat Waktu

Bahwa kehidupan memang begitu identik dengan ketidakpastian. Selalu saja ada yang diberikan semesta kepada setiap manusia dan dalil mau-tak-mau begitu berlaku. Lalu, berhubungankah hal tersebut dengan apa yang namanya tujuan hidup? Saat di mana manusia memutuskan untuk mempunyai tujuan hidup, tanpa sadar manusia sebenarnya masih mencari apakah tujuan itu menjadi suatu kepastian atau malah tidak sama sekali? “Mengapa saban kali musti susah-susah memilih, sebaiknya hidup sajalah – picing mata, terus saja” (Kering, 1972: 144)

 

 Paragraf pembuka di atas merupakan selingan untuk menilik seperti apakah Detourn yang notabene adalah album baru The SIGIT. Album kedua yang menjadi ujian tersendiri – kepastian atau ketidakpastian – bagi setiap kelompok musik ketika; berhasil mencuri bahkan mendewakan album pertamanya yang begitu menggugah bagi pendengarnya. Ada kedekatan yang terjalin. Sebenarnya bukan menjadi hal yang begitu mengejutkan ketika selang waktu tujuh tahun bagi Rekti Yoewono, Farri Icksan, Aditya Bagja, dan Donar Armando untuk melakukan reka cipta album kedua The SIGIT. Dalam diri masing-masing dari keempatnya mempunyai apologi yang bukan hanya pada diri mereka. Lebih dari itu.

Pasti ada desakan yang bisa menjadi begitu deras. Pergumulan di dalam perasaan ketika diminta untuk segera meluncurkan karya berikutnya. Tapi, apakah keempat orang ini menjadi begitu menggebu-gebu untuk menyelesaikan proyeksi reka ciptanya ketika mendengar desakan? Apakah ada pertunjukan eksistensi yang begitu segera ingin dimunculkan? Mengingat semakin marak kelompok musik yang muncul.

The SIGIT tahu bahwa ada waktu yang tepat untuk mengembalikan ketidakpastian menjadi semacam kepastian yang tertunda – atau mungkin kelanjutan dari ketidakpastian. Jadilah Heartz Dyselxia sebagi penangguhnya. Terlalu banyak berharap bahwa ini adalah menjadi album berikutnya. Kelanggengan musik berikutnya. Tapi, The SIGIT tahu, akan lebih baik untuk tidak terlalu terburu-buru atau menggebu-gebu atau apalah namanya untuk memberikan seluruh nafas karya mereka. Akan lebih baik untuk diberikan dosis yang setara. Perlahan-lahan.

Manalagi keempat orang ini pasti ada perasaan jenuh terus menerus bersinggungan dengan musik. Selalu ada kesibukan masing-masing diantara empat orang ini untuk tidak terlalu memikirkan musik. Butuh angin segar. Agar juga tidak menjadi begitu stagnan. Agar tenggat waktu menjadi tepat.
 
***

 Maka datanglah akhir dari segala proses itu. Detourn. The SIGIT terlihat begitu sengaja untuk memperkenalkan album keduanya melalui single “Let The Right One In”. Semacam ada perasaan ingin tahu sejauh apa respon dari para pendengarnya yang begitu menantikan album mereka. Tidak lama berselang, album tersebut akhirnya keluar. Album yang dari rekan-rekan mengganggapnya sebagai sebuah proses kedewasaan dari album Visible Idea of Perfection.

Durasi empat puluh lima menit tercakup dalam sebelas lagu. Distorsi gitar diharmonisasikan dengan alat musik tiup pada beberapa lagu. Detourn dibuka dengan judul yang hampir sama dengan albumnya, namun ada penambahan satu huruf vokal dibelakangnya. Maka jadilah “Detourne”. The SIGIT membuka tempo yang sedikit agak lebih lambat sebelum di detik tiga puluh enam, ciri yang dikenal sebagai musik The SIGIT akhirnya terdengar tidak berselang lama, sebelum suara khas Rekti Yoewono. Ada keseksian di pertengahan lagu, bagaimana The SIGIT memberikan ruang kepada Aziz Saxsoul untuk meniupkan saxophone. Lagu yang menyiratkan perenungan bahwa hidup begitu baiknya adalah bersikap biasa-biasa saja. Lirik menyentil ada pada, I thought that you were my peer / turn out you got something fear.

Salah satu ajang penyajian riff gitar Rekti dan Farri ada pada “Gates of 15th”. Riff gitar yang menjadi penanda bahwa beginilah tata suara The SIGIT. Juga pada lagu ini kembali dihadirkan alat musik tiup flute. Sebuah lagu yang cukup bermain dengan makna konotasi pada liriknya. Nampak seperti cerminan ketidakpastian. Terdapat pernyataan menjadi lumpuh dan tidak akan menjadi benar. Seketika kemudian ada beberapa dialektika seperti, reckless love and grudging seeds atau jealous deeds for the friends in need.

Seperti ada sesuatu yang kurang bilamana The SIGIT tidak menyajikan satu balada folk. Di setiap album yang mereka rilis menjadi ada kebiasaan seperti itu. Dimulai dari “Live in New York” di Visible Idea of Perfection, lalu lagu yang ditampilkan ulang dari Neil Young “Only Love Can Break Your Heart” di Heartz Dyslexia. Di album Detourn, “Owl and Wolf” menjadi penanda lagu yang bisa dinyanyikan di mana saja dengan bermodalkan gitar akustik. Sisi syahdu yang ditonjolkan The SIGIT. Lagu ini adalah seputar percikan cerita antara dua orang yang mengagumi malam berikut isinya. Mengikuti jejak serigala dan burung hantu.

Juga ada persembahan kepada beberapa tanah di dunia – termasuk Indonesia – yang dikelilingi gunung berapi. Dikenal dengan sebutan “Ring of Fire”. Sebutan ini pun menjadikan pilihan sebagai judul lagu pada Detourn. Lagu ini merupakan ciptaan Rekti Yoewono dan Farri Icksan. Lirik yang begitu tajam, menggambarkan lingkungan yang begitu amburadul. Sampai-sampai Rekti memberikan pernyataan bahwa ini hanyalah masalah waktu, tidak ada yang membedakan. Perenungan lirik ini semakin mendalam ketika kita harusnya menjadi tersadar, bahwa kehidupan yang sekarang ini tidak lebih dari sekedar untuk mempersiapkan kematian. Tersebutlah lirik Feel like we’re fixing to die. Juga cukup mengingatkan dengan judul lagu Country Joe McDonald, “Feel Like I’m Fixing to Die”. Sebuah tujuan demi kesempurnaan hidup, tulis Iwan Simatupang dalam Ziarah (1969). Sebuah lagu dengan irama slow rock.

Detourn ditutup dengan teka-teki sepanjang enam menit lebih. Komposisi musik yang bisa menjadi dikenal dengan suasana psikedelik ini berjudul “Conundrum”. Permainan gitar dengan efek delay disusul bass line dari Aditya Bagja. Perasaan pesimistis menjadi keberlakuan hampir disepanjang liriknya. Telah dibacanya hampir semua buku sejarah, namun masih bingung apakah harus mempercayai segala teorinya; sehingga disebut eksponen. Dia tidak mengetahui apakah dia bisa? Apakah dia harus? Sementara waktu semakin menjadi. Ketidakpastian bahwa eksponen tersebut bahkan terus meneru melakukan kesalahan yang sama? Lalu, apa? Untuk lebih baiknya, poin tersebut saya kembalikan terhadap kutipan Kering (1972) diatas.


***


Sudah menjadi keniscayaan bahwa Detourn ataupun The SIGIT begitu memperhatikan ornamen-ornamen dari setiap lirik dan musik. Kerenyahan menjadi suatu yang umum bagi mereka. Namun, kadangkala juga terjebak. Kontemplasi lirik dengan ciri khas musik The SIGIT, semakin ditambahkan dengan beberapa ornamen alat musik tiup yang sebenarnya bukan menjadi barang baru. Mereka sudah memulai itu di Heartz Dyslexia. Ornamen yang menjadikan satu bentuk baru dari segala ketidakpastian. Apakah ini sudah menjadi kepastian akan kedewasaan The SIGIT? Atau bagaimana jika ini hanya bagian dari ketidakpastian yang berujung pada kedewasaan The SIGIT?

Apologi The SIGIT pada Detourn ini semakin bertambah dengan persiapan yang terkesan mewah dan seksi. Fast Forward Records (FFWD) selaku label yang menaungi menggelontorkan kaset, CD, dan piringan hitam untuk album ini. Sebuah persiapan yang benar adanya.

Sedikit memberikan gambaran deluxe CD boxset. Selain poster dan stiker, format ini juga menyertakan kaset Detourn. Hal menarik lain yang disoroti pada format ini adalah terdapat 12 artwork dari masing-masing lembaran yang dibungkus dengan sistem gatefold. Mencermarti masing-masing dari 12 artwork yang dikerjakan oleh Team 33, nampak seperti berkesinambungan dengan 11 lagu yang ada pada Detourn. Gambar-gambar surealis seperti benda langit, padang pasir dengan lubang hitam di tengahnya, bahkan hutan yang semestinya menjadi kesejukan terasa mencekam dengan adanya empat pasukan yang secara penuh ditutupi oleh kain merah.
Untuk poster yang bergambarkan artwork album Detourn, mengingatkan pada film Holy Mountain. Sebuah film avant-garde tahun 1973 yang disutradarai Alejandro Jodorowsky. Film yang konon dibiayai oleh John Lennon.

Sumber: Gigsplay

Rabu, 29 Mei 2013

Glory Glory Manchester United

Glory, glory, Man United
Glory, glory, Man United
Glory, glory, Man United
And the reds go marching on, on, on.

Just like the Busby Babes in Days gone by
We'll keep the Red Flags flying high
You've got to see yourself from far and wide
You've got to hear the masses sing with pride

United! Man United!
We're the boys in Red and we're on our way to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly

In Seventy-Seven it was Docherty
Atkinson will make it Eighty-Three
And everyone will know just who we are
They'll be singing 'Que Sera Sera'

United! Man United!
We're the boys in Red and we're on our way to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly
Wem-ber-ly! Wem-ber-ly!
We're the famous Man United and we're going to Wem-ber-ly

Glory Glory Man United
Glory Glory Man United
Glory Glory Man United
As the Spurs Go Marching On! On! On! (3x)

Minggu, 26 Mei 2013

Manchester United FC






Berdiri1878
AlamatOld Trafford, Manchester England
Telepon0161.86.88.000
Faksimile0161.86.88.804
Surat Elektronikenquiries@manutd.co.uk
Laman Resmihttp://www.manutd.com
KetuaJoel & Avram Glazer
DirekturDavid Gill
StadionOld Trafford


Sejarah Singkat

Pada 1878, para pekerja depot Lancashire and Yorkshire Railway mendirikan klub sepakbola bernama Newton Heath L&YR FC. Klub tersebut nyaris mengalami kebangkrutan pada 1902 sebelum diselamatkan oleh investasi JH Davies, direktur pengelola Manchester Breweries. Dalam rapat direksi setelah pembelian, para pengurus klub merasa perlu mengubah nama klub untuk menandai awal yang baru. Pada 26 April 1902, dipilihlah nama Manchester United berkat usulan seorang pria berdarah Italia, Louis Rocca, di antara pilihan nama lain seperti Manchester Central dan Manchester Celtic.

Sukses pertama di liga dimulai pada 1907/08. Musim sebelumnya, MU memboyong Billy Meredith dan Sandy Turnbull dari rival sekota, Manchester City, akibat melanggar peraturan FA. United sukses unggul sembilan poin di atas tim peringkat kedua, Aston Villa. Setahun setelah sukses meraih mahkota liga, United menggaet trofi Piala FA untuk kali pertama. Dua bekas pemain City itu benar-benar menjadi inspirasi United untuk mendominasi persepakbolaan Inggris.

Di kancah Eropa, sukses United sohor dikenal dengan generasi Busby Babes. Setelah kehilangan banyak pemain berbakat akibat kecelakaan pesawat di Muenchen pada 6 Februari 1958, United bangkit sepuluh tahun kemudian. Upaya Busby membangun ulang United tidak sia-sia. Beberapa pemain muda yang ditemukannya, termasuk George Best, menginspirasikan kemenangan United 4-1 atas Benfica, yang masih diperkuat Eusebio.

Pada era modern, legenda United dilanjutkan pria Skotlandia bernama Sir Alex Ferguson. Sejak kompetisi Inggris memasuki era Liga Primer, Man Utd memborong 11 kali mahkota juara dari 17 kesempatan. Di Eropa, bersama Ferguson United sukses menambah koleksi gelar juara Liga Champions pada 1999 dan 2008.



Catatan Prestasi

3 kali juara Piala Eropa / Liga Champions (1967/68, 1998/99, 2007/08)

1 kali juara Piala Winners (1990/91)

1 kali juara Piala Super Eropa (1990/91)

2 kali juara Piala Interkontinental/Piala Dunia Antar Klub (1999, 2008)

19 kali juara Liga Primer (plus Divisi Satu lama, 1907/08, 1910/11, 1951/52, 1955/56, 1956/57, 1964/65, 1966/67, 1992/93, 1993/94, 1995/96, 1996/97, 1998/99, 1999/2000, 2000/01, 2002/03, 2006/07, 2007/08, 2008/09, 2010/11)

11 kali juara Piala FA (1908/09, 1947/48, 1962/63, 1976/77, 1982/83, 1984/85, 1989/90, 1993/94, 1995/96, 1998/99, 2003/04)

4 kali juara Piala Liga (1991/92, 2005/06, 2008/09, 2009/10)

19 kali juara Community Shield (1908, 1911, 1952, 1956, 1957, 1965, 1967, 1977, 1983, 1990, 1993, 1994, 1996, 1997, 2003, 2007, 2008, 2010, 2011)

2 kali juara Divisi Dua lama (1935/36, 1974/75)

Kamis, 09 Mei 2013

The SIGIT – Detourn: Apologi Tepat Waktu

Bahwa kehidupan memang begitu identik dengan ketidakpastian. Selalu saja ada yang diberikan semesta kepada setiap manusia dan dalil mau-tak-mau begitu berlaku. Lalu, berhubungankah hal tersebut dengan apa yang namanya tujuan hidup? Saat di mana manusia memutuskan untuk mempunyai tujuan hidup, tanpa sadar manusia sebenarnya masih mencari apakah tujuan itu menjadi suatu kepastian atau malah tidak sama sekali? “Mengapa saban kali musti susah-susah memilih, sebaiknya hidup sajalah – picing mata, terus saja” (Kering, 1972: 144)

 

 Paragraf pembuka di atas merupakan selingan untuk menilik seperti apakah Detourn yang notabene adalah album baru The SIGIT. Album kedua yang menjadi ujian tersendiri – kepastian atau ketidakpastian – bagi setiap kelompok musik ketika; berhasil mencuri bahkan mendewakan album pertamanya yang begitu menggugah bagi pendengarnya. Ada kedekatan yang terjalin. Sebenarnya bukan menjadi hal yang begitu mengejutkan ketika selang waktu tujuh tahun bagi Rekti Yoewono, Farri Icksan, Aditya Bagja, dan Donar Armando untuk melakukan reka cipta album kedua The SIGIT. Dalam diri masing-masing dari keempatnya mempunyai apologi yang bukan hanya pada diri mereka. Lebih dari itu.

Pasti ada desakan yang bisa menjadi begitu deras. Pergumulan di dalam perasaan ketika diminta untuk segera meluncurkan karya berikutnya. Tapi, apakah keempat orang ini menjadi begitu menggebu-gebu untuk menyelesaikan proyeksi reka ciptanya ketika mendengar desakan? Apakah ada pertunjukan eksistensi yang begitu segera ingin dimunculkan? Mengingat semakin marak kelompok musik yang muncul.

The SIGIT tahu bahwa ada waktu yang tepat untuk mengembalikan ketidakpastian menjadi semacam kepastian yang tertunda – atau mungkin kelanjutan dari ketidakpastian. Jadilah Heartz Dyselxia sebagi penangguhnya. Terlalu banyak berharap bahwa ini adalah menjadi album berikutnya. Kelanggengan musik berikutnya. Tapi, The SIGIT tahu, akan lebih baik untuk tidak terlalu terburu-buru atau menggebu-gebu atau apalah namanya untuk memberikan seluruh nafas karya mereka. Akan lebih baik untuk diberikan dosis yang setara. Perlahan-lahan.

Manalagi keempat orang ini pasti ada perasaan jenuh terus menerus bersinggungan dengan musik. Selalu ada kesibukan masing-masing diantara empat orang ini untuk tidak terlalu memikirkan musik. Butuh angin segar. Agar juga tidak menjadi begitu stagnan. Agar tenggat waktu menjadi tepat.
 
***

 Maka datanglah akhir dari segala proses itu. Detourn. The SIGIT terlihat begitu sengaja untuk memperkenalkan album keduanya melalui single “Let The Right One In”. Semacam ada perasaan ingin tahu sejauh apa respon dari para pendengarnya yang begitu menantikan album mereka. Tidak lama berselang, album tersebut akhirnya keluar. Album yang dari rekan-rekan mengganggapnya sebagai sebuah proses kedewasaan dari album Visible Idea of Perfection.

Durasi empat puluh lima menit tercakup dalam sebelas lagu. Distorsi gitar diharmonisasikan dengan alat musik tiup pada beberapa lagu. Detourn dibuka dengan judul yang hampir sama dengan albumnya, namun ada penambahan satu huruf vokal dibelakangnya. Maka jadilah “Detourne”. The SIGIT membuka tempo yang sedikit agak lebih lambat sebelum di detik tiga puluh enam, ciri yang dikenal sebagai musik The SIGIT akhirnya terdengar tidak berselang lama, sebelum suara khas Rekti Yoewono. Ada keseksian di pertengahan lagu, bagaimana The SIGIT memberikan ruang kepada Aziz Saxsoul untuk meniupkan saxophone. Lagu yang menyiratkan perenungan bahwa hidup begitu baiknya adalah bersikap biasa-biasa saja. Lirik menyentil ada pada, I thought that you were my peer / turn out you got something fear.

Salah satu ajang penyajian riff gitar Rekti dan Farri ada pada “Gates of 15th”. Riff gitar yang menjadi penanda bahwa beginilah tata suara The SIGIT. Juga pada lagu ini kembali dihadirkan alat musik tiup flute. Sebuah lagu yang cukup bermain dengan makna konotasi pada liriknya. Nampak seperti cerminan ketidakpastian. Terdapat pernyataan menjadi lumpuh dan tidak akan menjadi benar. Seketika kemudian ada beberapa dialektika seperti, reckless love and grudging seeds atau jealous deeds for the friends in need.

Seperti ada sesuatu yang kurang bilamana The SIGIT tidak menyajikan satu balada folk. Di setiap album yang mereka rilis menjadi ada kebiasaan seperti itu. Dimulai dari “Live in New York” di Visible Idea of Perfection, lalu lagu yang ditampilkan ulang dari Neil Young “Only Love Can Break Your Heart” di Heartz Dyslexia. Di album Detourn, “Owl and Wolf” menjadi penanda lagu yang bisa dinyanyikan di mana saja dengan bermodalkan gitar akustik. Sisi syahdu yang ditonjolkan The SIGIT. Lagu ini adalah seputar percikan cerita antara dua orang yang mengagumi malam berikut isinya. Mengikuti jejak serigala dan burung hantu.

Juga ada persembahan kepada beberapa tanah di dunia – termasuk Indonesia – yang dikelilingi gunung berapi. Dikenal dengan sebutan “Ring of Fire”. Sebutan ini pun menjadikan pilihan sebagai judul lagu pada Detourn. Lagu ini merupakan ciptaan Rekti Yoewono dan Farri Icksan. Lirik yang begitu tajam, menggambarkan lingkungan yang begitu amburadul. Sampai-sampai Rekti memberikan pernyataan bahwa ini hanyalah masalah waktu, tidak ada yang membedakan. Perenungan lirik ini semakin mendalam ketika kita harusnya menjadi tersadar, bahwa kehidupan yang sekarang ini tidak lebih dari sekedar untuk mempersiapkan kematian. Tersebutlah lirik Feel like we’re fixing to die. Juga cukup mengingatkan dengan judul lagu Country Joe McDonald, “Feel Like I’m Fixing to Die”. Sebuah tujuan demi kesempurnaan hidup, tulis Iwan Simatupang dalam Ziarah (1969). Sebuah lagu dengan irama slow rock.

Detourn ditutup dengan teka-teki sepanjang enam menit lebih. Komposisi musik yang bisa menjadi dikenal dengan suasana psikedelik ini berjudul “Conundrum”. Permainan gitar dengan efek delay disusul bass line dari Aditya Bagja. Perasaan pesimistis menjadi keberlakuan hampir disepanjang liriknya. Telah dibacanya hampir semua buku sejarah, namun masih bingung apakah harus mempercayai segala teorinya; sehingga disebut eksponen. Dia tidak mengetahui apakah dia bisa? Apakah dia harus? Sementara waktu semakin menjadi. Ketidakpastian bahwa eksponen tersebut bahkan terus meneru melakukan kesalahan yang sama? Lalu, apa? Untuk lebih baiknya, poin tersebut saya kembalikan terhadap kutipan Kering (1972) diatas.


***


Sudah menjadi keniscayaan bahwa Detourn ataupun The SIGIT begitu memperhatikan ornamen-ornamen dari setiap lirik dan musik. Kerenyahan menjadi suatu yang umum bagi mereka. Namun, kadangkala juga terjebak. Kontemplasi lirik dengan ciri khas musik The SIGIT, semakin ditambahkan dengan beberapa ornamen alat musik tiup yang sebenarnya bukan menjadi barang baru. Mereka sudah memulai itu di Heartz Dyslexia. Ornamen yang menjadikan satu bentuk baru dari segala ketidakpastian. Apakah ini sudah menjadi kepastian akan kedewasaan The SIGIT? Atau bagaimana jika ini hanya bagian dari ketidakpastian yang berujung pada kedewasaan The SIGIT?

Apologi The SIGIT pada Detourn ini semakin bertambah dengan persiapan yang terkesan mewah dan seksi. Fast Forward Records (FFWD) selaku label yang menaungi menggelontorkan kaset, CD, dan piringan hitam untuk album ini. Sebuah persiapan yang benar adanya.

Sedikit memberikan gambaran deluxe CD boxset. Selain poster dan stiker, format ini juga menyertakan kaset Detourn. Hal menarik lain yang disoroti pada format ini adalah terdapat 12 artwork dari masing-masing lembaran yang dibungkus dengan sistem gatefold. Mencermarti masing-masing dari 12 artwork yang dikerjakan oleh Team 33, nampak seperti berkesinambungan dengan 11 lagu yang ada pada Detourn. Gambar-gambar surealis seperti benda langit, padang pasir dengan lubang hitam di tengahnya, bahkan hutan yang semestinya menjadi kesejukan terasa mencekam dengan adanya empat pasukan yang secara penuh ditutupi oleh kain merah.
Untuk poster yang bergambarkan artwork album Detourn, mengingatkan pada film Holy Mountain. Sebuah film avant-garde tahun 1973 yang disutradarai Alejandro Jodorowsky. Film yang konon dibiayai oleh John Lennon.

Sumber: Gigsplay

Pengikut